INTERMEZO
Pada suatu hari teman saya
akan kedatangan pembimbing dari kampus ke tempat ia magang.
Dan terjadilah
perbincangan ini via ponsel:
“Nan, kamu di lantai berapa, sih?” tanya pembimbing
magang.
“Di lantai 6, Pak. Bapak di mana?” Tanya temanku.
“Saya sudah di depan kantormu. Di dekat lobi.”
“Ok, Pak. Saya ke sana saja, Pak.”
Teman saya tersebut
bergegas menyusul ke lobi dari lantai 6, dan sempat memutari lobi beberapa
kali.
“Bapak di mana, sih?”
“Aduh, kamu lama, sih. Saya sekarang sudah di lantai 4!”
Temanku kemudian bergegas
menyusul ke lantai 4.
“Pak? Bapak di mana, ya? Saya di lantai 4.”
“Saya sudah di lantai 6, Nan.”
“Aduh, Pak. Saya capek kalau harus ke lantai 6 lagi.”
“Maaf, ya, Nan. Kamu magangnya di kantor Pemda Jaktim,
kan?”
“Hah?! Saya magang di Pemda Jakut,Pak!”
- Reader’s Digest
ooo
Ayahku lahir dan besar di
pelosok daerah Sumatera Utara. Pada awal tahun 1980an, saat beliau mendapat kesempatan
bersekolah di New York, AS, salah seorang paman kami datang mengunjunginya.
Itulah kali pertama paman menginjakkan kaki di
luar negeri, plus dia sama sekali tidak berbahasa Inggris.
Suatu ketika, Paman
meminta izin ayah untuk berjalan-jalan sendiri. Karena ayah juga tidak bisa
menemani, akhirnya beliau mengizinkannya, namun sebelumnya beiau membekali
paman dengan nomor teleponnya, sehingga bila tersasar, paman bisa menghubungi
ayah, agar segera dijemput.
Setelah
satu jam kepergiannya, ayah mendapat telpon dari paman, yang mengatakan bahwa
ia tersasar. Saat ayah menanyakan lokasinya, Paman berkata, “Saya ada di jalan
WALK….Oh, bukan. Di jalan DON’T WALK…Eh, WALK….”
- Reader’s Digest
(Buletin 35 September 2014)
Komentar
Posting Komentar